KLASIFIKASI ALGA

Klasifikasi Alga- Oleh para ahli Biologi, alga dikelompokkan berdasarkan pigmen dominan yang dikandungnya. Pigmen yang terdapat pada alga adalah klorofil, karoten, fikoeritrin, fukosantin, dan fikosianin. Alga dikelompokkan menjadi tujuh phylum, yakni Euglenophyta, Dinoflagelata, Chlorophyta, Chrysophyta, Bacillariophyta, Phaeophyta, dan Rhodophyta. Untuk lebih jelasnya pelajarilah uraian berikut.
1) Euglenophyta (Euglenoid)
Phylum Euglenophyta memiliki anggota sekitar 800 spesies. Salah satu anggota phylum Euglenophyta adalah Euglena viridis. Beberapa spesies Euglenophyta memiliki kloroplas dan dapat melakukan fotosintesis seperti halnya tumbuhan, beberapa spesies tidak memiliki kloroplas dan hidup secara heterotrof. Euglenophyta yang dapat berfotosintesis mengandung klorofil a, b, karoten, dan terkadang pigmen antofil. Makanan cadangan hasil fotosintesis disimpan dalam bentuk polisakarida yang disebut paramilon.
Euglenophyta umumnya hidup di air tawar, seperti kolam atau danau dan memiliki flagel yang berfungsi sebagai alat gerak di air. Bintik mata berfungsi sebagai penerima cahaya dan memungkinkan Euglena bergerak menuju intensitas cahaya lebih tinggi sehingga meningkatkan fotosintesis. Euglena tidak memiliki dinding sel, namun memiliki pembungkus tubuh yang kuat dan lentur terbuat dari protein di atas membran plasmanya, disebut pelikel. Vakuola kontraktil berfungsi sebagai pompa yang mengeluarkan kelebihan air pada tubuh (Gambar 3.16).
Struktur tubuh Euglena. (b) Euglena viridis merupakan anggota Euglenophyta. 2) Dinoflagellata
Gambar 3.16 (a) Struktur tubuh Euglena. (b) Euglena viridis merupakan anggota Euglenophyta. 2) Dinoflagellata
Dari sekian banyak spesies Dinoflagellata yang diketahui, umumnya merupakan organisme uniselular, namun terdapat beberapa yang membentuk koloni. Phylum Dinoflagellata memiliki anggota sekitar 1.100 spesies. Setiap spesies Dinoflagellata memiliki bentuk tubuh berbedabeda yang terbuat dari dinding internal selulosa. Pergerakan dua flagela pada tubuhnya menghasilkan gerakan berputar sehingga organisme ini disebut Dinoflagellata. Dalam bahasa Yunani, dinos artinya berputar. Dinoflagellata umumnya hidup di laut. Beberapa melakukan simbiosis mutualisme dengan hewan Cnidaria. Dinoflagellata lain tidak memiliki kloroplas dan hidup parasit pada hewan laut. Bahkan ada yang bersifat karnivor. Ledakan populasi Dinoflagellata menyebabkan gelombang merah (red tide). Populasi ini berwarna merah kecokelatan. Ketika kerang atau remis mengonsumsi alga ini, mereka akan mengumpulkan racun yang dihasilkan oleh Dinoflagellata. Meski racun tersebut tidak menyebabkan kematian pada Mollusca tersebut, namun racun berbahaya bagi ikan, penyu, dan manusia yang mengonsumsi Mollusca. Dinoflagellata dibedakan karena memiliki permukaan tubuh dari lempengan selulosa dan dua flagela. Umumnya berwarna kekuningan hingga cokelat keemasan. Beberapa Dinoflagellata lain, seperti Gymnodinium, mengandung pigmen merah dan kadang menyebabkan gelombang merah yang meracuni beberapa hewan (Gambar 3.17).
Contoh Dinoflagellata
Gambar 3.17 Contoh Dinoflagellata. (a) Beberapa macam Dinoflagellata (b) Gymnodinium 3) Chlorophyta (alga hijau)
Phylum Chlorophyta memiliki anggota sekitar 7.000 spesies. Chlorophyta disebut juga alga hijau. Disebut alga hijau karena pigmen dominan yang dikandungnya berwarna hijau. Pigmen berwarna hijau tersebut adalah klorofil. Klorofil dalam alga hijau terkumpul dalam suatu organel sel yang disebut kloroplas. Pada anggota phylum Chlorophyta, bentuk dari kloroplasnya bermacam-macam. Kloroplas ini ada yang berbentuk mangkok contohnya Chlorella; berbentuk spiral contohnya Spirogyra; dan berbentuk bintang contohnya ygnema. Berikut ini akan dijelaskan beberapa contoh spesies dari phylum Chlorophyta.
a) Chlorella
Chlorella adalah alga hijau uniselular yang memiliki bentuk bulat seperti bola. Kloroplasnya berbentuk mangkuk. Habitat hidupnya terdapat di perairan tawar, laut serta tempat-tempat yang basah. Chlorella berkembang biak secara aseksual melalui pembelahan diri. Dalam pemanfaatannya, Chlorella dapat dijadikan sumber makanan baru.
b) Spirogyra
Spirogyra memiliki habitat di perairan tawar. Spirogyra memiliki bentuk kloroplas menyerupai pita dan berukuran besar. Hal tersebutlah yang memudahkan kita untuk mengenali spesies ini. Reproduksi pada Spirogyra berlangsung secara aseksual, yaitu dengan cara fragmentasi. Adapun secara seksual terjadi melalui konjugasi.
c) Ulva
Ulvva sering disebut selada laut karena morfologinya yang mirip selada. Ulva hidup di lautan dan sebagian hidup di air payau. Ulva pun dapat hidup di perairan yang terkena polusi bahan organik, misalnya perairan yang terpolusi oleh tinja. Ulva menempel pada dasar perairan. Tubuh talusnya berbentuk lembaran tipis melebar dan lebarnya dapat mencapai satu meter. Talus Ulva terdapat dua macam, yaitu talus haploid dan talus diploid. Secara morfologi, kedua macam talus ini berbentuk sama sehingga bersifat isomorfisme.
Contoh-contoh Chlorophyta
Gambar 3.18 Contoh-contoh Chlorophyta, yaitu (a) Chlorella, (b) Spirogyra, dan (c) Ulva.
Perkembangbiakan Ulva dapat dilakukan secara aseksual maupun seksual. Perkembangbiakan secara aseksual, dengan membentuk zoospora yang memiliki flagela empat buah. Adapun secara seksual, telur ulva yang haploid akan menghasilkan gamet jantan dan gamet betina, berflagela dua yang berbentuk sama (isogamet). Gamet jantan tersebut akan membuahi gamet betina yang nantinya akan terbentuk zigot (Gambar 3.19).
Perkembangbiakan secara aseksual pada Ulva lactuca
Gambar 3.19 Perkembangbiakan secara aseksual pada Ulva lactuca.
4. Chrysophyta (Alga Keemasan)
Phylum ini memiliki jumlah sekitar 850 spesies. Chrysophyta disebut juga alga keemasan. Sesuai dengan namanya, alga ini memiliki warna kuning keemasan. Pigmen yang dominan pada alga ini adalah pigmen karoten. Selain pigmen tersebut, Chrysophyta memiliki pigmen lain di dalam tubuhnya, yaitu klorofil dan fukosantin. Habitat dari alga ini adalah di perairan tawar dan laut. Spesies ini ada yang uniselular dan ada pula yang multiselular.
Perkembangbiakan Chrysophyta yang uniselular dan multiselular terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual pada Chrysophyta multiseluler dilakukan dengan spora dan pada Chrysophyta uniseluler dilakukan dengan pembelahan biner dan pembentukan spora. Reproduksi seksual dilakukan dengan peleburan gamet. Makanan cadangan alga ini berupa laminarin. Alga keemasan yang uniseluler merupakan komponen fitoplankton. Contoh anggota Chrysophyta adalah Vaucheria, Synura, dan Mischococcus (Gambar 3.20).
Vaucheria tumbuh di atas tanah merah, (b) Synura, dan (c) Mischococcus
Gambar 3.20 (a) Vaucheria tumbuh di atas tanah merah, (b) Synura, dan (c) Mischococcus
5. Bacillariophyta (Diatom)
Phylum ini memiliki anggota yang paling banyak, yaitu sekitar 10.000 spesies. Diatom termasuk alga uniselular dan merupakan penyusun fitoplankton, baik di perairan tawar maupun di lautan. Bentuk Diatom sangat khas (Gambar 3.21) dengan dinding tubuhnya yang terdiri atas kotak (hipoteka) dan tutup (epiteka). Antara kotak dan tutup tersebut terdapat celah yang disebut rafe. Dinding selnya mengandung pektin dan silikat. Apabila mati, cangkangnya akan bertumpuk membentuk tanah diatom. Tanah ini bernilai ekonomis tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan penggosok, penyuling gasolin, bahan pembuatan jalan, sampai bahan dinamit. Diatom sering tampak bergerak maju mundur dan berputar.
Perkembangbiakan Diatom dapat dilakukan secara aseksual maupun seksual. Secara aseksual, Diatom akan membelah diri dengan cara melepaskan kotak dari tutupnya. Baik tutup maupun kotak tersebut akan membentuk kotak di bagian dalamnya. Dengan kata lain, baik tutup maupun kotak akan menjadi tutup. Keadaan demikian akan berlangsung terus-menerus sampai ukurannya minimum.
Contoh spesies diatom yang memiliki bentuk beragam, seperti (a) cakram, (b) bintang, dan (c) roda
Gambar 3.21 Contoh spesies diatom yang memiliki bentuk beragam, seperti (a) cakram, (b) bintang, dan (c) roda.
6. Phaeophyta (Alga Cokelat)
Phylum Phaeophyta adalah alga yang memiliki anggota cukup banyak, yaitu sekitar 1.500 spesies. Hampir semua anggotanya adalah multiseluler dan sebagian besar habitatnya di laut. Hanya beberapa jenis saja yang hidup di perairan tawar. Pigmen yang paling dominan pada Phaeophyta adalah fukosantin atau warna cokelat. Struktur tubuh Phaeophyta mirip dengan tumbuhan tinggi karena terdapat struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun.
Perkembangbiakan Phaeophyta dapat terjadi secara aseksual dan seksual. Secara aseksual, Phaeophyta berkembang biak dengan membentuk zoospora. Untuk perkembangbiakan secara seksualnya, Phaeophyta menghasilkan gamet jantan dan gamet betina. Contoh dari alga cokelat adalah Sargassum, ucus, dan Turbinaria.
7. Rhodophyta (Alga Merah)
Rhodophyta atau alga merah merupakan phylum yang memiliki pigmen dominan fikoeritrin atau merah. Phylum ini memiliki anggota yang banyak, yaitu sekitar 4.000 spesies. Rhodophyta habitatnya sebagian besar di laut. Akan tetapi, ada pula yang hidup di perairan tawar.
Contoh spesies Rhodophyta, yaitu (a) Eucheuma dan (b) Gelidium.
Gambar 3.23 Contoh spesies Rhodophyta, yaitu (a) Eucheuma dan (b) Gelidium.
Perkembangbiakan Rhodophyta terjadi secara aseksual dan seksual. Secara aseksual, Rhodophyta membentuk tetraspora yang akan menjadi gamet membentuk gamet jantan dan gamet betina. Adapun secara seksual, yaitu dengan jantan dan gamet betina. Gamet jantannya tidak memiliki flagela dan disebut spermatium. Adapun gamet betinanya berflagela, dan disebut karpogonium. Contoh spesies dari phylum Rhodophyta adalah Corallina, Eucheuma, dan Gelidium (Gambar 3.23). Ciri-ciri dan perbedaan antara Euglenophyta, Chrysophyta, Pyrrophyta, Rhodophyta, Phaeophyta, dan Chlorophyta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI SEL

MAKNA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN KONSTITUSI PERTAMA