TIPS MENJADI PENYIAR RADIO YANG BAIK

Beberapa kiat praktis atau cara menjadi penyiar radio yang handal :

1. Lancar berbicara dan tidak terbata-bata di dalam mengucapkan kata kata. di dalam dunia radio yang dijual oleh media tersebut adalah suara dan gaya bicara seorang penyiar untuk lancar dalam berbicara dan mempunyai gaya bicara serta intonasi yang baik. 

2. Bisa merangkai kata-kata menjadi kalimat menarik. kata dan kalimat merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh seorang penyiar, karena hal tersebut merupakan kunci utama membawa berhasil dan tidaknya seorang penyiar di dalam membawakan salah satu mata acara di radio tersebut.

3. Selalu meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang apa pun dengan cara rajin membaca buku agar bertambah pengetahuannya. kadang kadang seorang penyiar diibaratkan sebagai manusia super yang tahu segalanya dalam berbagai bidang sehingga perkataan penyiar selalu di dengarkan oleh pendengar. 

4. Punya rasa percaya diri. Seorang penyiar harus mempunyai rasa percaya diri yang cukup tinggi untuk berbicara di depan mik dan membawakan salah satu program acara di radio tersebut.

5. Bisa dan belajar membuat naskah siaran. naskah siaran merupakan modal awal yang harus dikuasai dan dipahami oleh seorang penyiar, dikarenakan inti dari siaran itu ada di dalam naskah siaran. Seorang penyiar yang mampu menguasai membuat naskah siaran dengan baik, maka dia akan menjadi penyiar yang baik dan disenangi oleh para pendengarnya. 

6. Selalu belajar dan berlatih teknik dan cara siaran yang baik dan benar. Teknik siaran merupakan bagian yang harus dikuasi seorang penyiar agar ketika siaran tidak terkesan monoton dan menjemukan, sehingga si pendengar bisa menikmati gaya dan teknik siaran yang sangat variatif dan enak untuk didengar.

7. Rajin mengolah vokal suara. Suara merupakan modal utama bagi seorang penyiar, karena semua radio menjual suara seorang penyiar untuk menarik iklan yang merupakan sumber pendapatan bagi radio itu sendiri, juga seorang penyiar yang bagus akan banyak diminati oleh pendengar radio tersebut. tentunya harus mempunyai teknik vokal yang bisa dipelajari seperti ; cara menarik nafas, cara mengeluarkan nafas, dan cara menahan napas.

Modal Jadi Penyiar Radio 

1. Suara :  Tentu saja, suara menjadi modal utama seorang penyiar radio. Namun suara yang bagus bukan berarti memiliki suara layaknya seorang penyanyi. Suara seorang penyiar radio adalah suara yang berkarakter (memiliki warna suara yang khas, artikulasi yang jelas dan intonasi yang terkontrol) serta original (meski memiliki panutan, namun menjadi diri sendiri itu lebih penting). Nah, karakter suara inilah yang akan berpengaruh pada imajinasi para pendengar.

2. Kemampuan (capability)Seorang penyiar dituntut untuk cerdas, karena ia harus mampu menyampaikan informasi dengan baik, benar dan menarik kepada pendengar. Untuk hal yang satu ini, seorang penyiar harus mampu mengendalikan emosi dan perasaannya, memiliki sense of humor serta mengembangkan feather of mind; yang artinya mengandalkan kekuatan audio untuk memvisualisasikan suatu keadaan. Untuk menunjang kemampuannya, seorang penyiar dituntut untuk berwawasan luas dan terus mengikuti perkembangan informasi.

3. Keterampilan (skill)Berbicara yang baik, benar dan menarik tentu adalah hal yang gampang-gampang susah. Tidak mengherankan jika keterampilan utama seorang penyiar adalah keterampilan ‘ngomong’. Namun, seorang penyiar tidak hanya bertugas untuk berbicara saja, tetapi juga mengoperasikan perangkat siar (mic, mixer dan computer). Karena itulah, kemampuan yang dimaksud tidak hanya kemampuan berbicara atau menyampaikan informasi pada pendengar, tapi kemampuan dalam berbagai hal yang berkaitan dengan dunia penyiaran.

4. Sikap (attitude)Untuk beberapa radio, attitude atau sikap ternyata menjadi poin terpenting kedua setelah memiliki suara yang bagus. Seorang penyiar (meski di radio lokal sekalipun), telah menjadi public figure yang secara tidak langsung menjadi panutan banyak orang. Karena itulah, ‘sikap‘ turut menjadi modal terpenting seorang penyiar. Selain itu, profesi ini membutuhkan pribadi-pribadi yang mampu bekerja sama dalam tim.

5. Menguasai Bahasa Jurnalistik Tutur Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh jurnalis tutur (reporter, presenter berita, atau anchor) dalam menggunakan bahasa jurnalistik tutur:

a. Artikulasi : Pengucapan kata-kata, frase dan kalimat serta istilah khusus harus jelas, tegas, benar dan akurat.

b. Intonasi: Nada pengucapan, naik turunnya lagu kalimat atau langgam nada kalimat harus tepat. Sehingga penjiwaan dalam bertutur akan terdengar cukup baik. Intonasi yang keliru dapat membuat pemaknaan dan penafsiran kalimat jadi keliru. Seorang jurnalis tutur harus berusaha agar pendengar (radio) dan pemirsa (televisi) tidak salah dalam menafsirkan tuturan lantaran intonasi yang tidak tepat.

c. Aksentuasi: Penekanan atau penegasan terhadap kata atau kalimat yang biasanya akan berpengaruh terhadap maksud atau makna kalimat.

d. Speed: Cepat lambatnya pengucapan kalimat. Terlalu cepat akan membuat artikulasi tidak jelas dan intonasi tidak bermain. Speed yang terlalu lambat akan membuat pendengar atau pemirsa bosan  dan tidak menarik dari segi kemasan berita atau informasi yang akan disampaikan.

e. Pemenggalan kata tau kalimat: Pemengalan kata atau kalimat harus tepat dan cermat. Pemenggalan (phrasering) yang salah akan terdengar aneh dan lucu serta bisa menyesatkan pendengar atau pemirsa.

f. Menguasai kosa kata : Seorang jurnalis tutur harus mengikuti perkembangan perkosakataan. Menguasai kosa kata dengan baik, berarti acara atau program yang sedang kita presentasikan akan lebih menarik, dinamis dan tidak monoton. Penguasaan kosa kata juga termasuk menguasai kosa kata kontemporer dan kosa kata khusus yang hanya dikuasai oleh kalangan tertentu, seperti praktisi perbankan, pasar uang, pasar modal, seniman, politikus, militer, kedokteran, sampai kalangan anak muda (bahasa gaul).

g. Hindari salah ucap atau salah sebut : 
Salah ucap atau salah sebut akan mempengaruhi kredibililitas kita di mata publik (pendengar atau pemirsa). Salah ucap biasanya terjadi pada penyebutan istilah-istilah asing dari Bahasa inggris, Perancis, Jerman atau Bahasa Latin.

7Hindari pengucapan, bunyi atau suara yang tidak perlu : Contohnya: “e..e..e', 'ehm..ehm..', 'apa namanya', 'apa', dan 'ini'. Bisanya muncul pada saat wawancara dengan narasumber atau pendengar.

8. Spoken reading : Seorang jurnalis tutur harus mampu menyampaikan suatu teks kaliamat, baik itu lead berita, informasi dari pendengar, lead wawancara atau berita yang dikutip dari media lain tidak seperti membaca, tetapi seperti bertutur sapa secara natural dengan pendengar atau pemirsa.

9. Menguasai pemilihan kata (diksi) : Seorang jurnalis tutur harus mampu memilih dan memilah kata-kata mana yang tepat digunakan sesuai dengan konteks dan situasi dan mana yang tidak boleh digunakan. Kita harus mengerti dan mengetahui mana bahasa yang standar atau baku dan mana yang tabu atau tidak.

10. Memiliki kemampuan bahasa yang baik : Bahasa adalah hal yang paling mendasar dalam jurnalistik tutur. Oleh sebab itu seorang jurnalis tutur harus mengetahui ilmu kebahasaan, sekalipun hanya pada batas-batas yang sederhana dan umum seperti mengetahui kosa kata, ihwal kata dan imbuhannya, ejaan, tata kalimat, tata alenia dan pilihan serta pilahan kata dan kalimat. Sehingga memiliki kemampuan yang memadai paling tidak untuk membuat atau memperbaiki lead berita yang  jelek.

11. Ramah, santun dan berempatiSeorang jurnalis tutur ketika berinteraksi dengan narasumber, pendengar atau pemirsa sebaiknya santun dan ramah. Gunakanlah bahasa dan intonasi yang tidak kasar. Kritis bukan berarti menggabaikan keramahan dan kesopanan. Disinilah diperlukan kepiawaian seorang jurnalis tutur untuk mengemas untuk mengemas kata dan kalimat menjadi pertanyaan yang kritis, tetapi dengan penyampaian yang ramah dan sopan, sehingga narasumber akan merasa nyaman. Jika narasumber sudah merasa nyaman, maka informasi yang ingin diketahui publik akan udah digali.

12. Mampu mengendalikan emosi : Seorang jurnalis tutur mutlak harus dapat mengendalikan emosi ketika berada ditengah pendengar atau pemirsa. Kita harus pintar bermain sandiwara, meskipun pada saat yang sama kita sedang tidak mood, stres, marah, kesal, jenuh dan tidak dalam kondisi fisik yang prima. Seorang jurnalis tutur harus pandai menyembunyikan perasaan-perasaan tersebut ketika siaran di radio atau mempresentasikan berita di televisi sehingga tidak terlihat dan tergambar oleh pendengar atau pemirsa. Intinya seorang jurnalis tutur harus selalu memiliki semangat untuk tersenyum. Pikirkan saja hal-hal yang menyenangkan sebelum kita hadir ditengah pendengar atau pemirsa, mendengarkan musik atau bersenda gurau dengan rekan kerja.

13. Kemampuan mendengar yang baik Seorang penyiar mutlak memiliki kemampuan mendengar dan menyimak apa yang disampaikan oleh orang yang berinteraksi dengannya, baik itu pendengar atau narasumber. Ketidakmampuan untuk mendengar dan menyimak hanya membuat kesan anchor, reporter atau presenter tidak cerdas, tidak tanggap dan telmi (telat mikir). Kita harus mampu secara cepat menangkap dan merespon maksud yang disampaikan lawan bicara kita, sehingga kita dengan mudah mengajukan kembali pertanyaan berikutnya dengan pertanyaan yang pas dan cerdas.  

13. VitalitasSeorang jurnalis tutur dituntut untuk tampil prima, dinamis dan bersemangat. Kalau sedang merasa sakit, jengkel dan marah jangan sampai tercermin dari suara yang kita keluarkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HIMPUNAN

KLASIFIKASI ALGA

PERKEMBANGAN PADA MASA ISLAM DI INDONESIA