Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Reabsorpsi Problematika

Reabsorpsi Problematika Kau takkan pernah mengerti hati ini. Kau lebih memilih popularitas yang kau prioritaskan. Sungguh, dirimu yang asli telah lenyap ditelan sunyi. Takkan pernah kembali seperti semula. Bosan dengan kesederhanaan yang hanya itu itu saja. Ku kira kau berbeda layaknya orang awam biasa. Ternyata aku salah mengira. Kau sama saja seperti orang di luar sana. Tapi, masih ada yang dapat kupilih menjadi sahabat yang tak lekang akan nafsu. Yang slalu mengerti yang terbaik yang selalu memberi nasihat yang amat melekat di lubuk hati. Kau, menjauhlah dariku. Dan aku akan menjauh sejauh mungkin takkan pernah berjumpa kembali. Itu saja. Sahabat tak perlu banyak, cukup ada 5 orang yang selalu mengerti akan keadaan dari setiap jati diri sendiri serta orang lain. Tak sudi bertemu lagi. Takkan ada gunanya lagi. Awan Gumama

Hai dia

Hai dia, Kapan aku bisa menghentikan rasa ini? Rasa memang tak bisa dipaksa. Wahai kapal, janganlah berlabuh kembali ke dermaga itu. Wahai kapal, kuperingatkan sekali lagi pada dirimu. Kau hanya bisa melirik dari jauh. Tepat di pulau kecil yang hangat ini. Apa tujuanmu kapal? Mengapa kau ingin sekali berhenti di dermaga itu? Kau tak dianggap sama sekali olehnya. Dia sibuk kepada kapal lainnya. Tak usah kau merasakan sakit itu lagi. Sekali lagi bunuh kenangan itu. Si dermaga hanya membuka jalan untukmu. Tapi dia tidak menghiraukanmu alias tidak perduli kau masuk atau tidak. Karena terlalu banyak yang mengantre. Cukup sudah, Mungkin belum masanya. Kau akan ada pengganti yang lebih baik dari dermaga itu. Pergilah, terlepas jauh dari dermaga itu. Semoga Tuhan memberikan hadiah yang menakjubkan untukmu. Wassalam Awan Gumama

Ikal

Kembali memikirkanmu kembali Mengapa? Kenangan ini telah terketuk kembali oleh hati. Dirimu kembali kepada imajinasiku. Banyak mungkin yang memikirkanmu. Mimpimu terusik karena ku. Maafkan diriku yang sering mengganggu tidurmu. Malam yang kelam untukmu. Sungguh, sungguh Aku tak ingin merindukanmu. Justru aku benci rindu ini. Bukan dirimu, sungguh bukan dirimu. Kau takkan tahu konkret diriku sejati. Mungkin aku hanya mampir di mimpimu. Hati ini cukup berakhir di mimpi. Terima kasih sudah pernah mengizinkan aku masuk ke mimpimu. Aku tak ingin berharap kembali lebih tinggi. Cukup Sampai bertemu esok di dunia ini. Selamat Malam Ikal Awan Gumama

Tulus hati

Tuhan itu memang Maha Asyik Saya yang masih menjadi penulis amatir, disini saya kembali berkutip. Hiruk pikuk malam Minggu masih standar.  Untuk hari ini, saya telah berpijak pojok zona Lumajang. Iya benar, kampungku, desaku. Ramai orang di pinggid jalan. Baik yang muda mudi atau yang lanjut usia. Untuk kali ini, kaki kiriku yang kusilangkan dengan kaki kananku sambil menikmati lagu yang kumainkan saat ini.  Usai menjenguk ibu keduaku dalam keadaan yang sangat tidak kuinginkan. Untukmu, yang selalu memanggil 'emak' yang tak pernah lelah membimbingku. Untuk kali ini, beliau terbaring lemah. Tempat yang tak seharusnya kuinginkan. Kondisi dan lokasi tempat bersimpuh yang tak nyaman. Sang suami, tiada henti melepas tangan sang isteri yang sedang sakit keras. Bulir matanya pun mulai menetes tiada henti. Isakan itu tak terdengar oleh orang lain. Namun, melihat raganya yang kosong akan kebahagiaan, Tuhan berikanlah yang terbaik pada mereka. Mereka masih ingin berjuang di Jalan-Mu

Tentang Kamu

Tentang Kamu Terusik olehmu . Kembali mengenangmu. Masih takut untuk mengukir namamu dengan tarian penaku. Termenung oleh himpitan akan tanpa harapan kasih. Untukmu, aku tak ingin kembali berharap . Apalah daya, logika dan imajinasi ini Telah terbuang tanpa ada daur ulang. Kau, anorganik untukku Kala sakit, sungguh sakit. Tapi, untuk apa sakit dengan makna ambigu? Tak ada manfaat sama sekali. Substansi cinta yang kosong. Sejatinya nafsu inj terbungkus elit nan indah. Dengan merk yang tak kalah menarik perhatian birahi. Yakni "cinta" Inikah namanya jatuh cinta? Ini remajaku menuju dewasaku. Telah kupahami dan kucermati. Realita, ini hanya kagum yang berbenang merah. Melankolis yang amat rapuh nang keropos. Pergi, aku terlepas darimu