BERBICARA
Tentang dulu...
Menjadi perempuan sungguh-sungguh tidak mudah. Mereka lebih menyimpan rasa sedihnya ketimbang diumbar-umbarkan. Lebih bekerja keras, namun kesetaraan dengan laki-laki masih tetap di bawahnya. Namun, perempuan adalah makhluk yang paling mulia. Tak apa kesetaraan dengan laki-laki berbeda namun, tolong hargailah kami. Terkadang selangkangan wanita menjadi suar bagi laki-laki mata keranjang.
Dulu, saat aku menjadi sekretarismu
Ternyata tidak mudah untuk mengatur segala urusan dan jadwal padat rapatmu. Hingga lupa bahwa diri sendiri sedang berada di titik paling jenuh. Anehnya lelaki sepertimu, pekamu tidak kau tunjukkan sebagai rasa perhatian, hingga membuat hati ini tergores oleh luka absurd. Dan aku berkeinginan untuk selalu menjauhimu, karena tiap lihat matamu aku selalu mengingat betapa kejamnya yang baru kurasakan saat ini.
Untuk kali pertama, aku menyeriusi hati ini
Aku perempuan normal seperti lainnya, tertarik dengan lelaki. Namun tak pernah aku seriusi ini. Untuk kali pertama, masa kuliah Tuhan memberiku cobaan melalui dia EMZET. Tak ada yang membuatku sungguh-sungguh tertarik oleh pesona dia. Untuk kali inilah, aku mencobanya menuruti kata hati yang dulunya tak pernah kukabulkan. Tak lama kemudian, dia sungguh-sungguh menyakitiku. Tak lama kemudian, perlahan kita saling menyindir satu sama lain di Story Instagram. Kukira dia tak pernah menggubris diksi-diksi ku. Namun, diksinya jauh lebih menohok dibandingkan diksiku.
Semoga kau berbahagia hari ini, dan semoga doaku dikabulkan, dan aku masih mendoakanmu, dan kau takkan pernah tahu, membawa hati yang lama tersaikiti dan luka itu bukannya mengering namun membusuk hingga meracuini asumsi otak.
Komentar
Posting Komentar