SIKAP ILMIAH
Unit 1.1 Hakikat IPA
KESIMPULAN
Para ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan
bahwa pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu
ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal ini dikuatkan dalam kurikulum
IPA yang menganjurkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah melibatkan siswa dalam
penyelidikan yang berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan
guru dan siswa lainnya. Melalui kegiatan penyelidikan, siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang ditemukannya
pada berbagai sumber, siswa menerapkan materi IPA untuk mengajukan pertanyaan,
siswa menggunakan pengetahuannya dalam pemecahan masalah, perencanaan, membuat
keputusan, diskusi kelompok, dan siswa memperoleh asesmen yang konsisten dengan
suatu pendekatan aktif untuk belajar.
Dengan demikian, pembelajaran IPA di sekolah yang
berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah
persepsi tentang guru yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber
pengetahuan bagi siswa (NRC, 1996:20). Ditinjau dari isi dan pendekatan
kurikulum pendidikan sekolah tingkat pendidikan dasar dan pendidikan menengah
yang berlaku saat ini maupun sebelumnya, pembelajaran di sekolah
dititikberatkan pada aktivitas siswa. Dengan cara ini diharapkan pemahaman dan
pengetahuan siswa menjadi lebih baik. Kenyataan di lapangan, aktivitas siswa
sering diartikan sempit. Bila siswa aktif berkegiatan, walaupun siswa sendiri
tidak mengetahui (merasa pasti) untuk apa berbuat sesuatu selama pembelajaran,
maka dianggap pembelajaran sudah menerapkan pendekatan yang aktif.
Proses pembelajaran IPA di sekolah menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena IPA
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di
tingkat SD/MI diharapkan pembelajaran IPA ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana
1. IPA Sebagai Proses
Sebelum Anda memulai membaca materi ini, ada tugas yang harus kerjakan.
File tugas dapat di-download pada bagian akhir halaman ini. Disamping itu Anda
juga dapat mendownload file lengkap dari Unit 1.2.1 ini beserta videonya.
Mari kita telusuri materi kajian IPA
sebagai proses dari sajian berikut ini. IPA sebagai proses mengandung
pengertian cara berpikir dan bertindak untuk menghadapi atau merespons
masalah-masalah yang ada di lingkungan. Jadi, IPA sebagai proses menyangkut proses
atau cara kerja untuk memperoleh hasil (produk) inilah yang kemudian dikenal
sebagai proses ilmiah. Melalui proses-proses ilmiah akan didapatkan
temuan-temuan ilmiah.
Perwujudan proses-proses ilmiah ini berupa
kegiatan ilmiah yang disebut sebagai inkuiri/penyelidikan ilmiah. Secara
sederhana Nyoman (1985-1986: 8) mendefinisikan inkuiri ilmiah sebagai
usaha mencari pengetahuan dan kebenaran.
Sejumlah proses IPA yang dikembangkan para
ilmuwan dalam mencari pengetahuan dan kebenaran ilmiah itulah yang kemudian
disebut sebagai keterampilan proses IPA. Iskandar (1997:5) mengartikan
keterampilan proses IPA adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan.
Ditinjau dari tingkat kerumitan dalam penggunaannya,
keterampilan proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu keterampilan:
- Proses Dasar (Basic Skills) dan
- Keterampilan Proses Terintegrasi (Integrated Skills) (Moejiono dan Dimyati, 1992:16)
2. IPA Sebagai Produk
Produk IPA
adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan analitik yang dilakukan
oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Produk IPA yang disebut istilah adalah
sebutan, simbol atau nama dari benda-benda dan gejala-gejala alam, orang,
tempat.
Pudyo (1991: 2) menyebutkan bentuk-bentuk produk
IPA meliputi istilah, fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
Contoh:
- malaria (sebutan)
- lamda (simbol untuk panjang gelombang)
- matahari (nama benda)
- angin puting beliung (gejala alam)
- Newton (nama orang)
- Galapagos (nama tempat).
Iskandar (1997: 3) menyatakan bahwa fakta adalah
pernyataan-pernyataan tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau
peristiwa-peristiwa yang benar-benar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara
objektif.
Sementara itu Susanto (1991: 3) mengartikan
fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda, tempat, atau waktu
adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian. Sifat yang dimaksud dapat
berupa wujud, bentuk, bangun, ukuran, warna, bau, rasa dan yang lainnya.
Contoh:
- fakta mengenai sifat: air jeruk rasanya asam.
- fakta mengenai waktu: Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
- fakta mengenai tempat: Ujung Kulon (tempat suaka badak bercula satu)
- fakta mengenai orang: Mukibat (adalah orang Indonesia penemu teknik menyambung singkong)
3. IPA Sebagai Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah
adalah sikap
tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan
(Iskandar, 1996/1997: 11).
a. Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.
Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume
benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya
0,005m3.
b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu.
Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil
pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak
segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum data-datanya
cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.
c. Berhati
terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun
gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika
gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka
ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri.
d. Tidak mencampuradukkan fakta dengan
pendapat.Contoh: Tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2
cm, yang di pot B umur lima hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan
tanaman kacang tanah pada pot A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini
merupakan pendapat bukan fakta.
e. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan
oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh
pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah
ditetapkan, termasuk di dalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan.
Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan
fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.
f. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity)
yang tinggi. Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada
umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki.Contoh: Orang menganggap hal yang biasa ketika melihat
benda-benda jatuh, tetapi tidak biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu.
Beliau berpikir keras mengapa buah apel jatuh ketika dia sedang duduk istirahat
di bawah pohon tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan menyelidiki
selama bertahun-tahun sehingga akhirnya ditemukannya hukum Gravitasi.
Komentar
Posting Komentar